Sejarah Berdirinya Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Bentangan kepulauan yang terletak antara 80-120 Lintang Selatandan 1180 –
1250 Bujur Timur, merupakan bagian dari NKRI; mempunyai makna
tersendiri pada hidup dan kehidupan banyak orang. Gugusan pulau-pulau
tersebut disapa dengan berbagai sebutan, antara lain, "Sunda Kecil, Nusa
Tenggara, Nusa Tenggara Timur", dan juga "Flobamora". Sebutan tersebut
juga bisa bermakna ada aneka suku dan sub-suku di/pada wilayah tersebut,
namun mempunyai satu tanda kesamaan yaitu sama-sama menyatukan diri
sebagai anak-anak Flobamor atau pun NTT.
Jauh sebelum nama NTT
tersebar, gugusan pulau-pulau di selatan Nusantara tersebut telah
menjadi perhatian dunia. Harumnya aroma cendana dari Timor telah
menerobos sampai Timur Tengah, Tiongkok, dan Eropa, dan berbagai penjuru
bumi. Kekuatan aroma cendana tersebut menjadikan para pedagang dari
Malaka, Gujarat, Jawa dan Makasar, Cina melakukan pelayaran niaga untuk
mencapai wilayah sumber cendana. Dan mereka melakukan kontak dagang
secara langsung dengan raja-raja di Timor dan pulau-pulau sekitarnya,
sang pemilik wilayah dan pemimpin rakyat.
Catatan sejarah dari
Tiongkok, "manuskrip Dao Zhi", sejak tahun 1350 dinasti Sung sudah
mengenal Timor dan pulau-pulau sekitar, dan salah satu pelabuhan
terkenal di Timor adalah "Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am", yang ramai
dikunjungi kapal dari Makasar, Malaka, Jawa, Tiongkokdan kemudian Eropa
seperti Spanyol, Inggris, Portugis, Belanda. Negarakertagama(1365)
mencatat bahwa Timor yang terkenal dengan hasil cendananya merupakan
wilayah Majapahit, namum mempunyai raja-raja yang otonom dan mandiri.
Ketika tahun 1510, Goa-India dikuasai Portugis, mereka
melanjutkan eskpansinya dengan cara menguasai Malakapada tahun 1511.
Malaka dijadikan pusat perdagangan serta penguasaan wilayah nusantara.
Portugis berhasil mencapai Maluku, Solor (Flores). Tahun 1511 armada
Ferdinand Magellan(dua kapal) singgah di Alordan Timor( Kupang). Dalam
penyeberangan ke selat Pukuafu, kedua kapal ini tertimpa badai, salah
satu kapal karam dan hancur. Salah satu jangkar raksasa kapal ini hingga
kini masih ada di pantai Rote. Satu lainnya berhasil lolos dari amukan
ombak melanjutkan perjalanan ke Sabu, kemudian ke Tanjung Harapandan
kembali ke Spanyol.
Ketika Belanda, dengan VOCnya, mencekram
Nusantara, tahun 1614, mereka menempatkan Pdt. M van den Broeck di
Kupang dan Rote, untuk melayani warga Kristendi sana. Ini juga bermakna,
walau VOC masih berusia muda (berdiri 1602), kongsi dagang itu telah
menempatkan kantor, benteng, pegawainya di Timor dan pulau-pulau
sekitar; dan dengan itu perlu seorang pendeta sebagai pemelihara rohani.
[Pada era V0C, tahun 1600an – 1799, dan bahkan sampai tahun 1900, tidak
banyak catatan sejarah yang bisa menjadi pengetahuan publik; dan
sekaligus bisa menjadi tanmbahan pengetahuan kepada anak-anak NTT.
Belanda waktu itu masih dikuasai oleh pemerintah boneka dari kekaisaran
Perancis dibawah Napoleon. Keadaan tersebut dimanfaatkan untuk
memperluas jajahannya dengan merebut jajahan Belanda. Armada Inggris
mengganggu daerah kekuasaan Belanda, sehingga pada tahun 1799 hampir
seluruh wilayahIndonesia (kecuali Jawa, Palembang, Banjarmasin dan
Timor) dalam kekuasaan Inggris. Dua kapal Inggris memasuki pelabuhan
Kupang pada l0 Juni l797, namun berhasil dipukul mundur oleh Greving
yang mengarahkan pada mardijkers. Pada waktu VOC dibubarkan pada th
1799, segala hak dan kewajiban Indonesia diambil alih oleh pemerintah
Belanda. Peralihan ini tidak membawa perubahan apapun , karena pada
waktu itu Belanda menghadapi perang yang dilancarkan oleh negara
tetangga.
Di era kolonial sampai 1942, rakyat NTT, harus
terbagi-bagi sesuai keinginan Belanda, dalam bentuk Raja – Swapraja,
fetor – Kefetoran, dan seterusnya; dan kemudian menjadi daerah taklukan
di bawah pemerintahan residen. Ketika Jepangberkuasa di Nusantara,
wilayah NTT yang strategis, ditata ulang sebagai basis pertahanan.
Penataan administrasi pemerintahan pun nyaris tidak mengalami perubahan,
hanya ada perubahan istilah.
Ketika Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, 17 Agustus 1945, NTT sebagai bagian Nusantara yang dijajah
Belanda, bebas dari cengkraman kolonial. Akan tetapi, karena keinginan
Belanda untuk tetap berkuasa di Nusantara termasuk NTT, maka mereka
mereka melakukan berbagai upaya untuk tetap ada di bumi Flobamor.
Keadaan tersebut, membangkitkan semangat “Nasionalisme – Kebebasan –
Kemerdekaan NTT” pada/dalam diri anak NTT. Semangat yang tak pantang
menyerah tersebut, bahkan, malahirkan Pemerintah Negara Indonesia Timor
dan Pemerintah Otonom NTT. Bisa dikatakan bahwa NTT hampir sama dengan
Yogyakarta, pada waktu itu, yang menyatakan diri setia kepada Soekarno–
Hatta. Perjuangan yang gigih anak NTT tidak berhenti, dan juga tidak
pernah terbit dalam pikrian untuk melepaskan diri dari RI, yang baru
merdeka.
Ada semangat kesatuan Indonesia pada jiwa dan darah A.H. Koroh, I.H. Doko, Th. Oematan, Pastor Gabriel Manek, Drs. A. Roti, Y.S. Amalo, dan lain-lain agar NTT tidak berada dalam kekuasaan penjajah, tetapi menjadi bagian dari RI. Ketika negeri ini [NKRI] masih belum tegak berdiri tegak, NTT menjadi bagian dari Provinsi Administratif dengan nama "propinsi Sunda kecil". Nama "Sunda kecil" kemudian diganti dengan nama "Nusa Tenggara", berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 tahun 1950. Tidak lama setelah itu, pada tahun 1957berlaku UU No. 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan dengan UU No. 64 tahun 1958, sehingga "Propinsi Nusa Tenggara" dibagi menjadi tiga daerah Swantantra Tingkat 1, yaitu masing-masing Swantantra Tingkat 1 Bali, Nusa Tenggara BaratdanNusa Tenggara Timur. Sejak 20 Desember 1958, pulau Flores, Sumba, Timor, dan pulau-pulau sekitarnya menjadi salah satu provinsi, dalam/di kesatuan Republik Indonesia.
0 Comments