Fenomena Air Laut Dingin di Alor
FPIK, SEMARANG – Peneliti oseanografi senior dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP, Prof. Agus Hartoko, dan kandidat Doktor Jahved F. Maro dari Universitas Tribuana Kalabahi (UNTRIB) telah menemukan bukti fenomena lokal yang disebut “Cold Air” di Selat Alor. Dalam oseanografi fenomena ini disebut upwelling. Dalam kasus Selat Alor, air laut dingin 7°C dari kedalaman 1.000 meter naik ke laut seperti yang terpantau pada kejadian pada 8 Mei 2020 pukul 11.44 WIB. Normalnya, suhu permukaan laut di laut tropis bisa mencapai suhu 30°C. Dalam kondisi upwelling inilah Cetacea berdatangan, dan lumba-lumba berlompatan di permukaan air laut.
Selama ratusan tahun terakhir, Laut Sawu Nusa Tenggara Timur (NTT), Lamalera dan Selat Alor merupakan bagian dari Laut Sawu yang dikenal oleh nelayan setempat sebagai jalur migrasi kelompok Cetacean, seperti paus, lumba-lumba dan dugong. Paus sering terdampar setelah melewati selat ini dan biasanya mati secara alami.
Pengukuran dan analisis data satelit MODIS – Aqua, menunjukkan bahwa pada waktu-waktu tertentu telah terjadi upwelling, dan mengubah laut di perairan Laut Sawu menjadi 'kolam dingin' yang dikelilingi oleh air hangat. Kisaran suhu permukaan laut di Laut Sawu antara 26,7°C – 28,6°C atau 2°C lebih dingin dari sekitarnya yaitu di sebelah Utara Alor dan di sebelah Selatan Pulau Rote, dimana suhu di wilayah permukaan laut berkisar dari 28,6°C – 31,4°C.
Aliran massa air dingin dari Samudera Hindia ke Utara mengikuti topografi dasar laut dari pertemuan lempeng tektonik Australia dan Pasifik di Selatan Laut Sawu. Dalam proses upwelling tersebut, air laut dari Samudera Hindia mengalir ke 'kolam' Laut Sawu dari kedalaman 3.500 meter, kemudian air dingin mengalir ke Utara bergerak naik ke Selat Alor dengan kedalaman 500 meter. dan akhirnya naik ke permukaan laut dengan suhu 7°C pada bulan Mei. Fenomena Up-Welling ini biasanya terjadi pada bulan Mei dan November atau pada musim timur.
Kawasan Laut Sawu telah ditetapkan sebagai kawasan lindung laut. Oleh karena itu, ke depannya, UNDIP bersama Pemda Alor, Pemprov NTT, UNTRIB Alor dan WWF Alor akan bersama-sama mengembangkan kawasan tersebut menjadi kawasan wisata bahari atau disebut “Marine Geopark” yang terintegrasi dan berkelanjutan bersama masyarakat setempat. (Dwi Haryanti).
Related Posts
- Suku Ata Modo di Pulau Komodo
- Desa Halerman di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timu
- Gua Batu Cermin di Kota Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur
- Sawah Laba-laba Cancar yang Megah di Kabupaten Manggarai Timur, NTT
- Kehutanan kabupaten alor
- Menjelajahi Surga Tersembunyi di Pulau Padar Bagian dari Taman Nasional Komodo
0 Comments