Ticker

6/recent/ticker-posts

Kampung Adat Wologai, Kampung Hampir Satu Abad di Indonesia


 
Kampung Adat Wologai

 
Apakah Anda tertarik mengunjungi desa yang masih ada setelah hampir seabad? Jika iya, Kampung Adat Wologai di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia, mungkin bisa menjadi pilihan untuk Anda.

Tentang Desa Adat Wologai

Di Nusa Tenggara Timur, Indonesia, Anda akan menemukan desa Wologai. Tepatnya berada di sepanjang Jalan Trans Flores, Kecamatan Detusoko, sekitar 37 kilometer sebelah timur Ende Lio.

Desa adat ini terletak sekitar 1.045 meter di atas permukaan laut dan telah ada selama 800 tahun. Anda harus menandatangani buku tamu sebelum dapat memasuki Desa Wologai. Biayanya sekitar Rp 10.000 per orang.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah di sana Anda tidak bisa mengambil foto sembarangan. Anda harus terlebih dahulu meminta izin penduduk setempat untuk mengambil gambar rumah adat.

Cara Mencapai Desa Wologai

Untuk menuju ke sana, pergilah ke bandara HH Aroboesman di Ende. Kemudian, Anda bisa menggunakan transportasi umum atau menyewa mobil dengan tarif sekitar 300 ribu rupiah sehari.

Dalam perjalanan, Anda akan menemukan jalan berliku dan perbukitan. Saat tiba, Anda akan melihat rumah-rumah berkumpul di puncak bukit.

Dalam jarak sekitar 50 meter, Anda akan melihat pohon pinus yang menandai batas Desa Wologai. Menurut legenda, nenek moyang menanam pohon pinus di pintu masuk.

Objek Wisata di Desa Wologai

Di Kampung Adat Wologai terdapat 18 bangunan, di antaranya lima rumah adat dan satu rumah besar. Rumah suku tersebut terletak di lingkar luar Tubu Kanga dan berfungsi sebagai tempat tinggal.

Di antara nama-nama rumah di Wologai adalah Saopanggo, Attawolo, Saolabo, Lewabewa, Analamba, dan lain-lain. Mereka menggunakan rumah suku untuk menyimpan pusaka dan relik milik suku tersebut. Sementara itu, mereka hanya mendiami rumah besar tersebut selama ritual adat.

Ada satu bentuk bangunan rumah adat untuk masing-masing suku, namun masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri, seperti ukiran pada tiang-tiang kayu rumah tersebut. Alang-alang digunakan untuk menutupi atap rumah di masa lalu. Hari-hari ini, orang menggunakan ijuk untuk bertahan hidup.

Budaya Desa Wologai

Tradisi di desa Wologai antara lain ritual Naka Wisu saat membangun rumah. Ritual ini menjelaskan cara menebang pohon di hutan sebagai tiang rumah. Merupakan kebiasaan menyembelih ayam pada siang hari untuk memulai ritual.

Selain itu, bentuk rumah Wologai yang mengerucut menjadikannya bangunan yang unik. Atap berbentuk kerucut melambangkan otoritas pemimpin tradisional, atau tetua, atas orang biasa dalam struktur tradisional.

Arsitektur Rumah Adat Wologai

Padahal, ada 16 batu pipih yang disusun tegak sebagai tiang utama rumah adat yang terbuat dari kayu. Kayu tersebut bertumpu pada 16 tiang kayu yang menopang struktur.

Ukuran rumah biasanya panjang 7 meter dan lebar 5 meter. Kemudian tinggi rumahnya sekitar 4 meter sedangkan atapnya sekitar 3 meter.

Di desa ini, rumah panggung mengelilingi pelataran tertinggi, Tubu Kanga, tempat berlangsungnya ritual adat. Ini berfungsi sebagai altar untuk menempatkan persembahan bagi leluhur dan pencipta.

Lewu (kolong rumah) dulunya digunakan untuk beternak seperti babi dan ayam. Ruang tengah berfungsi sebagai tempat tinggal, sedangkan loteng berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang-barang ritual.

Kopi Spesial dan Oleh-Oleh dari Wologai

Jika Anda berkunjung ke Wologai, jangan lewatkan untuk meminum kopi tradisional Wologai. Selain kopi. Penduduk setempat juga mengolah banyak kenari, yang bisa Anda bawa pulang.

Pastikan untuk membawa suvenir Wologai bersama dengan makanannya. Penduduk mengukir boneka kayu kecil dari kayu untuk dijadikan oleh-oleh. Pilihan unik lainnya adalah tenunan Bbu khas Wologai.

Saatnya Berkunjung

Ada dua ritual utama di desa Wologai setiap tahunnya. Yakni panen padi, jagung, dan kacang-kacangan (Keti Uta) pada bulan April dan menumbuk padi (Ta'u Nggua) pada bulan September. Ritual Ta'u Ngu'a mencapai puncaknya di 'Pire', di mana orang berhenti melakukan aktivitas sehari-hari selama tujuh hari.

Selama ini, masyarakat Wologai tidak bisa melakukan aktivitas pekerjaan apapun, seperti bercocok tanam dan memanen tuak. Upacara ini mengingatkan pada upacara Nyepi di Bali.

Usai menjalani berbagai upacara, masyarakat adat akan mengikuti ritual atau tarian Gawi di pelataran Tubu Kanga untuk menandakan kebahagiaan dan kebersamaan.

Berdiri selama 800 tahun, Kampung Adat Wologai menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib Anda kunjungi di Ende. Rasakan sendiri kesakralan di desa yang sudah berdiri hampir seabad ini.

Related Posts

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments