Situs Compang Riwu berada di Desa Gurung
Liwut, Kecamatan Borong. Merupakan bekas kampung Riwu Lama, yang
dianggap keramat dan hingga kini masih dijaga oleh warga Riwu karena
dulu merupakan tempat tinggal leluhur Suku Riwu. Situs Compang Riwu
berada diatas Golo Riwu, tepat dibagian timur kampung dan ditempuh
dengan berjalan kaki selama 25 menit. Compang (Mesbah yang berbentuk
budar dari batu bersusun) berukuran 18m² dengan tinggi mezbah 80cm. Di
tengah Compang tumbuh sebuah pohon Mangga.
Disekeliling Compang Riwu terdapat “Like” jalan melingkar bersusun
batu yang mengelilingi Compang, dengan lebar antara 160 cm – 3m dan
keliling sepanjang 104 meter. Jarak dari Like ke Compang sepanjang 13
meter. Di bagian timur pintu masuk situs kampong Riwu lama terdapat
sebuah Benteng dari tumpukan batu berukuran kira-kira 250m². Benteng ini
dibangun sekitar abad 19 dan 20 untuk melindungi Kampung Riwu dari
serangan musuh (Belanda) serta perang sipil melawan suku-suku lain.
Pintu masuk ke Kampung Riwu lama memiliki lebar 1,20 m dengan 7 (tujuh)
anak tangga yang tersusun sepanjang 3,53 meter terbuat dari batu-batu
berukuran besar.
Kampung Riwu Lama dikelilingi tebing yang terjal, sehingga sangat
strategis sebagai benteng pertahanan. Sekitar 100 meter dari Compang
Riwu terdapat dua mata air yang keluar dari bebatuan cadas setinggi 2,57
meter.
Mata air ini sangat sejuk dan tidak pernah mengering walau musim kemarau berkepanjangan. Dulu salah satu mata air ini dikenal sebagai Wae Samo Lime (Air Cuci Tangan) yaitu apabila Dalu Riwudan pasukannya pulang berperang, atau setelah menguburkan orang yang meninggal, maka mereka mencuci tangan dengan mencedok air dari dalam wadah kecil di bebatuan ini. Jika kita berada di puncak Benteng Riwu, maka kita dapat melihat pemandangan sawah yang indah di bagian timur dan panorama pantai dan kota Borong di bagian selatan . Kondisi udara di atas Compang Riwu sangat sejuk karena berada di ketinggian sekitar 1300m di atas permukaan laut.
Aksesibilitas:
Compang Riwu dapat ditempuh dari Ruteng maupun dari Borong. Perjalanan dari Ruteng melewati Bealaing selanjutnya mengambil arah timur melewati kampong Waling dan kampung kampong Riwu. Dengan menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam.
Kondisi jalan cukup bagus, dan bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan kenderaan roda empat. Apabila dari Borong melewati Peot dan kampong Rehes selanjutnya menuju Ratungdan Lumu-Lelak, dengan waktu tempuh 1,5 jam. Jalan beraspal hanya sampai di Ratung, setelahnya perjalanan hanya bias menggunakan sepeda motor dengan medan jalan yang sulit dan menantang.
Kendaraan bermotor bisa dititip di rumah warga di Lelak atau di Lumu, selanjutnya perjalanan akan lebih menyenangkan dengan berjalan kaki melewati persawahan dan perkebunan kopi warga dan menyebrangi sungai Wae Bobo dan Wae Mao.
Mata air ini sangat sejuk dan tidak pernah mengering walau musim kemarau berkepanjangan. Dulu salah satu mata air ini dikenal sebagai Wae Samo Lime (Air Cuci Tangan) yaitu apabila Dalu Riwudan pasukannya pulang berperang, atau setelah menguburkan orang yang meninggal, maka mereka mencuci tangan dengan mencedok air dari dalam wadah kecil di bebatuan ini. Jika kita berada di puncak Benteng Riwu, maka kita dapat melihat pemandangan sawah yang indah di bagian timur dan panorama pantai dan kota Borong di bagian selatan . Kondisi udara di atas Compang Riwu sangat sejuk karena berada di ketinggian sekitar 1300m di atas permukaan laut.
Aksesibilitas:
Compang Riwu dapat ditempuh dari Ruteng maupun dari Borong. Perjalanan dari Ruteng melewati Bealaing selanjutnya mengambil arah timur melewati kampong Waling dan kampung kampong Riwu. Dengan menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam.
Kondisi jalan cukup bagus, dan bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan kenderaan roda empat. Apabila dari Borong melewati Peot dan kampong Rehes selanjutnya menuju Ratungdan Lumu-Lelak, dengan waktu tempuh 1,5 jam. Jalan beraspal hanya sampai di Ratung, setelahnya perjalanan hanya bias menggunakan sepeda motor dengan medan jalan yang sulit dan menantang.
Kendaraan bermotor bisa dititip di rumah warga di Lelak atau di Lumu, selanjutnya perjalanan akan lebih menyenangkan dengan berjalan kaki melewati persawahan dan perkebunan kopi warga dan menyebrangi sungai Wae Bobo dan Wae Mao.
0 Comments